Waktunya KAMMI Beraksi

Sewajarnya perayaan hari ulang tahun, selalu ada euforia menyeruak dari si empunya hajat. Namun, tidak bagi KAMMI.

KAMMI di usianya yang genap 14 tahun, sangatlah berbeda. Di momen yang biasanya diisi dengan hura kebahagiaan justru KAMMI hadir dengan persiapan aksinya. Ya, sebuah aksi yang tidak hanya sekedar berkoar belaka. Ada konten besar yang diusungnya. Sebuah langkah pembelaan akan yang hak, akan hajat hidup rakyat banyak di Indonesia.

Mungkin tak semua rakyat mengerti. Beberapa malah mencerca, “Ah, demo bikin macet!” Beberapa lain patah arang, “Percuma jua aksi, pemerintah sudah tuli!”

Tapi KAMMI tetap beraksi. Mungkin, tak semua elemen mahasiswa yang jadi aliansinya peduli. “Ngapain aksi, mending ngerjain tugas kampus..” Dan yang lain menimpali, “Aksi ga aksi ga ada beda, Bung!” Dan KAMMI, tetap saja melancarkan aksi.

Berhadapan dengan polisi, ah, itu sudah pasti. Ada penyusup memprovokasi, di situlah makna konsolidasi dan kesolidan diuji. Diliput media, bukanlah tujuan utama. Jadi narasumber berita, apalagi. Dipotret sana sini, hm, apalah pula artinya. Itu semua hanya bonus yang tak laik jadi prioritas diri.

Karena aksi KAMMI buktikan ruhnya. Ia menjadi bukti kehidupan organisasi ini. Aksi di jalan, berpanas-panasan. “Lebih enak di rumah, tumpengan bersama kawan-kawan,” ujar sebuah bisikan. Tapi KAMMI memilih aksi.

Bukan ingin unjuk gigi, bukan sebab tuntutan gengsi. Bukan pula karena dibayar sana dan sini. Aksi ini, murni adanya. Semoga, demikian pula seluruh elemennya meniatkan. Aksi ini, karena desakan akan kejenuhan. Jengah pula pada ‘aksi bisu’ elit yang gemar ongkang-ongkang di kursi.

KAMMI dan aksi. Aksi dan KAMMI.

KAMMI paham benar risiko aksi. Jika tidak demikian, konyol pula maju ke medan laga. KAMMI mengerti apa yang mesti jadi persiapan. Bekal ruhi, fisik, dan selebaran. Tak lupa bendera dan konsumsi sekedar jadi ganjalan.

KAMMI akan beraksi. Penuh dalam kantung, semangat perjuangan, semangat persaudaraan, semangat perubahan. Karena sungguh Allah cinta kita yang beriman. Yang berperang dalam teraturnya barisan, layaknya bangunan kokoh. Angin dan guncangan, tak jadi halangan.

Dalam aksi ada kekuatan. Dalam sebuah kesatuan para mahasiswa muslim yang beraksi dengan idealisme di tanah Indonesia. Untuk apa? Untuk siapa? Untuk Allah, RasulNya, untuk Islam dan rakyat Indonesia. Untuk perbaikan dan kejayaan yang didamba. Bukan sekedar mimpi, namun realita yang terencana.

033012

 

 

Leave a comment